Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Jumat, 18 Maret 2016

Klasifikasi Aspek Perkembangan Kognitif

BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang Masalah

Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan anak dalam sekolah.

Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.

Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik, diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kognitif ?
2. Bagaimana teori perkembangan kognitif menurut Piaget ?
3. Bagaimana teori perkembangan kognitif menurut Vygotsky ?
4. Bagaimana teori perkembangan kognitif menurut Bruner ?
5. Bagaimana implikasi teori perkembangan kognitif dalam pembelajaran ?
6. Apa perbedaan antara teori perkembangan kognitif Piaget, Vygotsky dan Bruner ?

BAB II
PEMBAHASAN
 
A. Pengertian Kognitif

Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).

Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
B. Teori Perkembangan Kognitif menurut Piaget

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.

Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek seperti reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan selanjutnya.

Perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling berhubungan, yaitu :
1. Organisasi

Organiasi merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan kedalam system-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah system pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat.
Contoh : anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya.

Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema. Skema adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
2. Adaptasi

Adaptasi merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan tiga langkah, yaitu :
a. Asimilasi

Asimilasi merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi baru kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan informasi baru yag dia terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada.

Contoh asimilasi kognitif : seorang anak yang diperlihatkan segi tiga sama sisi, kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku. Asimilasi terjadi jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah segitiga sama sisi.
b. Akomodasi

Akomodasi merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang terjadi pada sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru. Jadi, dikatakan akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.

Contoh : si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang diperlihatkan kedua.
c. Ekuilibrasi

Ekuilibrasi yaitu istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk mencari keseimbangan pada elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan lingkungan, maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan komplementer.

Contoh : bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.

Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu :
1. Tahap sensori motorik (umur 0 - 2 tahun)

Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimiliki antara lain :
a. Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek di sekitarnya
  1. Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara
  2. Suka memperhatikan sesuatu lebih lama
  3. Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
  4. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya
2. Tahap preoperasional (umur 2 – 7 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu simbolik dan intuitif.
a. Tahap simbolik (umur 2-4 tahun)

Anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsep nya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami objek. Karakteristik tahap ini adalah :
1) Self counter nya sangat menonjol
2) Anak-anak kecil menggunakan disain coret-coret untuk menggambar manusia, rumah, mobil, awan, dan lain-lain
3) Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok
4) Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar
5) Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan
b. Tahap intuitif (umur 4 - 7 tahun)

Anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Karakteristik tahap ini adalah :
1) Anak dapat membentuk kelas-kelas atau kategori objek, tetapi kurang disadarinya
2) Anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks
3) Anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide
4) Anak mampu memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda.
  1. Tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi.

Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah ( ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah dapat dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi gambaran konkret, sehingga ia mampu menelaah persoalan. Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih memiliki masalah mengenai berpikir abstrak.

Anak-anak mengembangkan kemampuan berfikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek atau aktivitas konkret.
Tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk :
a. Konservasi

Konservasi adalah memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. Anak-anak umumnya mencapai konservasi benda cair kira-kira pada usia 7 tahun. Ketika mereka bertindak demikian, mereka sedang memasuki tahapan operasi berfikir konkret/operasional konkret. Pada dasarnya anak-anak mencapai pengobservasian dengan menggunakan tiga argument.
1) Anak munkin berkata, “kita tidak menambah atau mengurangi apapun, jadi mestinya jumlah cairan ini tetap sama.” Ini adalah argument identitas.
2) Anak mungkin berkata, “gelas ini memang lebih tinggi dan yang lain lebar, meskipun begitu jumlah cairannya tetap sama.” Ini disebut argumen kompensatif.
3) Anak mungkin berkata, “meraka masih sama karena kita bisa menuang kembali cairan itu ke tempatnya yang semuala” ini disebut argument inverse
b. Kemampuan mengelompokkan secara memadai

Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
c. Melakukan pengurutan (dari yang kecil sampai yang besar dan sebaliknya)

Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
d. Proses pemikiran diarahkan kepada kejadian riil yang diamati oleh anak.

Anak dapat melakukan operasi problem yang agak komplek selama problem itu konkret dan tidak abstrak.
e. Penghilangan sifat egosentrisme

Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak, walaupun anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh ujang.
4. Tahap operasional formal (umur 11-18 tahun)

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
a. Bekerja secara efektif dan sistematis
  1. Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan
  2. Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2 dan R misalnya
  3. Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum dapat melakukan formal operation.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkret, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya.

Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif pada muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.
C. Teori Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky

Terdapat tiga konsep yang dikembangkan dalam teori vygotsky yaitu :
1. Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental
2. Kemampuan kognitif yang dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan menstraformasi aktivitas mental
3. Kemampuan kognitif berasal dari relasi social dan dipengaruhi oleh latar belakang sosio cultural

Teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan, yang mencakup objek artifak, alat, buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan kognitif berasal dari situasi social.

Vygotsky mengemukakan ada empat prinsip dasar kunci dalam pembelajaran, yaitu :
1. Penekanan pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran (the sosiocultural of learning)

Menurut Vygotsky siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi social denga orang lain dalam proses pembelajaran.
2. Zona perkembangan terdekat (zone of proximal development)

Menurut Vygotsky dalam proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan proksimal (ZPD) yang didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang actual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten.
3. Pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship)

Menurut Vygotsky pemagangan kognitif yaitu suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang ahli. Seorag ahli bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau teman sebaya yang telah menguasai permasalahannya.
4. Perancahan (scaffolding)

Menurut Vygotsky perancahan atau scaffolding merupakan sati ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran social Vugotsky. Perancahan berarti pemberian sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian secara perlahan bantuan tersebut dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia mampu mengerjakan sendiri.
D. Teori Perkembangan Kognitif menurut Bruner

Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika anak dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah :
1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru
2. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain
3. Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.

Kajian Bruner menekankan perkembangan kognitif anak-anak. Ia menekankan cara-cara manusia berinteraksi dalam alam sekitar dan menggambarkan pengalaman secara mendalam. Menurut Bruner, perkembangan kognitif juga melalui tahap-tahap tertentu. Tahap-tahap tersebut adalah seperti berikut :
a. Tahap Enaktif ( 0 – 2 tahun )

Pada tahap ini anak didik melakukan aktivitas-aktivitasnya dalam usaha memahami lingkungan. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu realitas. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainnya.
b. Tahap Ikonik ( 2 – 4 tahun )

Pada tahap ini anak didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
c. Tahap Simbolik ( 4 – 7 tahun )

Pada tahap ini peserta didik anak didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem symbol. Semakin dewasa seseorang maka system symbol ini semakin dominan. Peserta didik telah mampu memahami gagasan-gagasan abstrak. Peserta didik membuat abstraksi berupa teoti-teori, penafsiran, analisis dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati dan dialami.
E. Implikasi Terhadap Pendidikan
1. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran :
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
2. Implikasi teori perkembangan kognitif Vygotsky dalam pembelajaran dijabarkan oleh Smith et al :
a. Anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui ZPD
b. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu (individual discovery learning), kerja kelompok secara kooperatif (cooperative groupwork) tampaknya mempercepat perkembangan anak
c. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya ( peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. Foot et al. (1990) menjelaskan keberhasilan pengajaran oleh teman sebaya ini dengan menggunakan teori Vygotsky. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
3. Implikasi teori perkembangan kognitif Bruner dalam pembelajaran :

Anak belajar melalui pengalaman. Dengan itu guru perlu menyediakan peluang untuk anak memegang, mencium dan merasa. Pengalaman seperti ini mewujudkan proses pembelajaran yang bermakna. Bagi anak-anak di Tahap Satu, gambar, cartu kata dan objek perlu digunakan bagi memudahkan pembentukan konsep.

Bagi anak-anak Tahun Enam ke atas, hukum dan prinsip perlu ditekankan agar murid-murid berupaya mengaplikasikannya dalam proses penyelesaian masalah. Bruner juga menekankan pembelajaran yang terhasil dari pada interaksi anak dengan guru, interaksi dengan anak-anak lain dan interaksi dengan bahan pengajaran. Maka kerja berkumpulan dan sesi perbincangan perlu diadakan dari masa ke masa. Penglibatan anak-anak penting agar mereka dapat menikmati pembelajaran bermakna. Pengetahuan juga perlu disusun dan diperingkatkan agar pembentukan konsep bermula daripada peringkat yang mudah kepada peringkat yang rumit. Ini bermakna guru perlu memeringkatkan isi pelajaran.

Bruner juga menekankan motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Ini bermakna guru perlu memberi ganjaran dan pujian apabila sesuatu tingkah laku yang diingini dilakukan. Kesediaan belajar juga ditekankan oleh Bruner. Dengan itu, guru perlu mengambil kira kesediaan belajar anak-anak ketika merancang proses pengajarannya. Sementara itu, nilai-nilai murni seperti bekerjasama, bertolak ansur dan tolong-menolong akan dapat dipupuk dalam aktiviti pengumpulan maklumat projek dan perbincangan.
F. Perbedaan Teori Kognitif menurut Piaget, Vygotsky dan Bruner
Teori Belajar Piaget
Teori Belajar Vygotsky
Teori Belajar Bruner
Perkembangan koginisi berkaitan dengan gagasan anak-anak yang terlibat aktif, mencari pengetahuan
Perkembangan kognisi sangat terkait dengan masukan dari orang lain
Perkembangan koginisi berkaitan dengan gagasan anak-anak yang terlibat aktif, mencari pengetahuan
anak-anak tidak hanya replika miniatur dari orang dewasa, tetapi sebenarnya berbeda jalan pikiran/pandangan mereka tentang menafsirkan dunia
Anak-anak berpikir kompleks, melalui interaksi sosial antara anak-anak dan orang dewasa di sekitar mereka, anak-anak akan berinteraksi dengan orang lain baik teman sebaya, orang tua dan guru
Anak-anak berpikir kompleks, melalui interaksi sosial antara anak-anak dan orang dewasa di sekitar mereka, anak-anak akan berinteraksi dengan orang lain baik teman sebaya, orang tua dan guru
Perkembangan pikiran terjadi secara bertahap tergantung pada kematangan alami
Perkembangan pikiran tergantung pada bahasa dan budaya
Perkembangan pikiran terjadi secara bertahap tergantung pada kematangan alami
Anak harus siap dengan kemajuan kognitif dalam pembelajaran mereka. Kesiapan belajar adalah konsep utama dalam pendidikan
Anak-anak tidak harus siap dengan kemajuan tetapi harus diberi kesempatan untuk terlibat dalam masalah melampaui kemampuan mereka saat ini asalkan tetap berada pada zona perkembangan proksimal mereka
Anak-anak tidak harus siap dengan kemajuan tetapi harus diberi kesempatan untuk terlibat dalam masalah melampaui kemampuan mereka saat ini asalkan tetap berada pada zona perkembangan proksimal mereka
Piaget memandang bahwa diri anak akan bisa berkembang secara kognitif secara sendirinya sesuai dengan tahapan umur
Vigotsky memandang bermain sebagai faktor atau sarana yang sangat penting dalam belajar
Piaget memandang bahwa diri anak akan bisa berkembang secara kognitif secara sendirinya sesuai dengan tahapan umur
Penggunaan orang yang lebih kompeten bukan merupakan konsep utama dari teori ini, tetapi peran guru sangat penting
Penggunaan orang lain yang lebih kompeten dipandang sebagai bagian yang fundamental dari perkembangan kognitif anak
Penggunaan orang lain yang lebih kompeten dipandang sebagai bagian yang fundamental dari perkembangan kognitif anak
 
BAB III
PENUTUP
 
A. Kesimpulan

Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.

Pertumbuhan dan perkembangan kognitif menurut Piaget terjadi dalam tiga proses yaitu organisasi dan adaptasi, adaptasi terbagi kedalam tiga bagian yaitu asimilasi, akmodasi dan ekuilibrasi. Adapun untuk tahapan perkembangan kognitif Piaget membagi ke dalam empat tahapan, yaitu (1) tahap sensori motorik, (2) pra operasional, (3) operasional konkrit dan (4) operasional formal.

Sedangkan Vygotsky mengemukakan empat prinsip dasar kunci dalam pembelajaran di antaranya yaitu (1) Penekanan pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran (the sosiocultural of learning), (2) Zona perkembangan terdekat (zone of proximal development), (3) Pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship) dan (4) Perancahan (scaffolding).

Bruner membagi tiga tahap kegiatan belajar yaitu informasi, transformasi dan evaluasi. Sedangkan untuk tahapan perkembangan kognitif Bruner membagi ke dalam tiga tahapan yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. 

DAFTAR PUSTAKA
 
Antoro Dwi, (2013). Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Tersedia : http://atariuz.blogspot.co.id/2013/03/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html?m=1
Asik Belajar, (2012). Piaget : Tahap Sensorimotor. Tersedia : http://www.asikbelajar.com/2012/12/piaget-tahap-sensorimotor.html
Asik Belajar, (2012). Piaget dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif. Tersedia : http://www.asikbelajar.com/2012/12/piaget-dan-teori-tahap-tahap.html
Asik Belajar, (2013). Piaget : Tahap Operasional Formal. Tersedia : http://www.asikbelajar.com/2013/01/piaget-tahap-operasional-formal.html
Asik Belajar, (2013). Piaget : Tahap Operasional Konkret. Tersedia : http://www.asikbelajar.com/2013/01/piaget-tahap-operasional-konkret.html
Asik Belajar, (2013). Piaget : Tahap Preoperasional. Tersedia : http://www.asikbelajar.com/2013/01/piaget-tahap-preoperasional.html
Budiningsih Asri, (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Rinika Cipta
Irwan, (2011). Teori Piaget, Vygotsky dan Bruner. Tersedia : http://irwantop.blogspot.co.id/2011/03/teori-piaget-vygotsky-dan-bruner.html
Kurniawati Rita, (2012). Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Vygotsky. Tersedia : http://reithatp.blogspot.co.id/2012/04/perkembangan-kognitif-menurut-pandangan_17.html?m=1
Mas Udah, (2014). Teori Psikologi Kognitif Menurut Jerome Bruner. Tersedia : http://masudaheducation.blogspot.co.id/2014/11/teori-psikologi-kognitif-menurut-jerome.html
Puspita Maruttha, (2015). Perbedaan dan Persamaan Teori Piaget. Tersedia : http://chocofunlampung.blogspot.co.id/2015/04/perbedaan-dan-persamaan-teori-piaget.html



















































0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.