BAB I
PENDAHULUAN
"Pendidikan adalah kesadaran untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup", yang dilaksanakan di
dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Suatu lembaga pendidikan pasti mengharapkan tercapainya tujuan pendidikan yang mana dapat membantu
terwujudnya tujuan nasional.
Keterpaduan pendidikan baik keluarga, sekolah dan masyarakat sangat menentukan keberhasilan dalam dunia pendidikan. Keluarga merupakan lembaga pendidikan
tertua, yang pertama dan utama dialami oleh anak dan lembaga pendidikan yang bersifat kodrat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal hakekatnya
merupakan lembaga yang mendapat kepercayaan dari orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan tanggung jawab yang terbatas, sesuai dengan fungsi dan tujuan
lembaga pendidikan tersebut.
Orang tua khususnya ibu mempunyai andil keberhasilan anaknya. Ibu adalah pendidik pertama, utama dan kodrat. Prestasi belajar anak bukan semata-mata
merupakan hasil proses belajar di sekolah saja. Melainkan ditunjang dari peran seorang ibu di rumah. Peran seorang ibu terhadap anak terasa sekali bilamana
didukung oleh latar belakang pendidikan yang memadai. Karena keberhasilan pendidikan anak tidak semata-mata hanya ditentukan oleh sekolah saja. Anak lahir
dalam pemeliharaan seorang ibu dan dibesarkan di dalam keluarga. Seorang secara langsung memikul tugas sebagai pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara,
sebagai pengasuh, sabagai pembimbing, sabagai pembina maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap anak-anaknya. Ini adalah tugas kodrati dari tiap-tiap
manusia.
Anak menyerap norma-norma pada anggota keluarga, baik ayah ibu maupun kanak-kanaknya. Maka orang tua apalagi sebagai seorang ibu di dalam keluarga harus
dan merupakan kewajiban kodrati untuk memperhatikan anak-anak serta mendidiknya, sejak anak-anak itu kecil, bahkan sejak anak itu masih dalam kandungan.
Tingkat pendidikan yang dialami seorang ibu berpengaruh terhadap pengetahuan seorang ibu, keyakinan, nilai, dan tujuan tentang pengasuhan, sehingga
berbagai perilaku ibu berkaitan secara tidak langsung dengan prestasi sekolah anak-anak. Dengan demikian, peserta didik yang orang tuanya apalagi ibu
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi mungkin memiliki hal untuk kesempurnaannya belajar, keyakinan akan kemampuan yang lebih positif, orientasi
kerja yang kuat, dan mereka mungkin menggunakan strategi belajar yang lebih efektif daripada anak-anak dengan orang tua khususnya ibu yang memiliki tingkat
pendidikan lebih rendah.
1. Bagaimanakah tingkat pendidikan formal ibu dari peserta didik TK Rimapersada, Semester Ganjil pada Tahun Ajaran 2015/2016 ?
2. Bagaimanakah prestasi belajar sesuai dengan aspek perkembangan anak di TK Rimapersada, Semester Ganjil pada Tahun Ajaran 2015/2016 ?
3. Adakah pengaruh tingkat pendidikan formal seorang ibu terhadap prestasi belajar anak TK Rimapersada, Semester Ganjil pada Tahun Ajaran 2015/2016 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat pendidikan formal seorang ibu peserta didik TK Rimapersada Kec. Karangtengah, Semester Ganjil pada Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar sesuai aspek perkembangan anak di TK Rimapersada Kec. Karangtengah, Semester Ganjil pada TahunAjaran 2015/2016.
3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan formal seorang ibu terhadap prestasi belajar anak TK Rimapersada Kec. Karangtengah, Semester Ganjil pada Tahun Ajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori dengan tema dan judul yang serupa.
b. Bagi orang tua peserta didik, sebagai bahan pemikiran untuk meningkatkan diri dalam bidang pendidikan, pengetahuan dan pengalamannya agar dapat membimbing anaknya untuk memperoleh prestasi belajar yang baik.
2. Secara Praktis
a. Bagi peserta didik, akan memberikan motivasi peserta didik untuk belajar dengan atau tanpa peran orang tua khususnya ibu.
b. Bagi guru, sebagai tolak ukur dalam pembelajaran kepada siswa.
c. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan mengenai pentingnya tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu bagi peserta didik sehingga dapat membantu dalam membuat kebijaksanaan yang berkaitan dengan tugas-tugas pengajar dalam pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
Dapat kita ketahui bahwa setiap ibu mempunyai tingkat kehidupan yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga berpendidikan tinggi, ada pula yang
berasal dari keluarga berpendidikan rendah. Demikian juga bagi mereka yang berasal dari keluarga berpendidikan tinggi, merekapun mungkin akan memperoleh
kesempatan untuk sekolah yang tinggi karena orang tuanya akan mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anaknya. Akan tetapi, bagi mereka yang berasal dari
keluarga kurang pendidikannya rendah, mungkin mereka kurang banyak mendapat kesempatan untuk sekolah karena orang tua
kurang tahu akan tanggung jawabnya pada pendidikan anak-anaknya. Oleh karena itu pengalaman yang dialami seseorang
khususnya pengalaman pendidikan berbeda-beda, baik dilihat dari jalur maupun jenjang pendidikannya.
Pendidikan pada umumnya berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain, menuju kearah suatu cita cita tertentu.
Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam
menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara formal seperti di
sekolah, madrasah, dan institusi-institusi lainnya. "Education is a process of overcoming natural inclination and subtituting in its place habits acquired under external pressure". (Pendidikan adalah proses mengatasi kecenderungn alami dan menggantikannya
dalam kebiasaan yang diperoleh dengan keadaan tertekan).
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah arahan dan bimbingan kepada seseorang dan merupakan pengaruh dari pengalaman
belajar yang terus-menerus dialami seseorang untuk mencapai sutu tingkat kedewasaan.
Seorang ibu merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk
utama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga terutama ibu. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran
dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi
pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Orang Tua terutama seorang ibu memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang
selalu ada disampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai dan biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila itu menjalankan tugasnya dengan
baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula menjadi temannya dan mula-mula dipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu dapat
dimanfaatkannya, kecuali apabila ia ditinggalkan. Dengan memahami segala sesuatu yang terkandung di dalam hati anaknya, juga jika anak
telah mulai agak besar, disertai kasih sayang, dapatlah ibu mengambil hati anaknya untuk selama-lamanya.
Pada dasarnya kenyataan-kenyataan yang dikemukakan di atas itu berlaku dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga dengan yang bagaimanapun juga keadaannya.
Hal itu menunjukkan ciri-ciri dari watak rasa tanggung jawab dari setiap orang tua atas kehidupan anak-anak mereka untuk masa kini dan masa mendatang,
bahkan para orang tua umumnya merasa bertanggung jawab atas segala dari kelangsungan hidup anak-anaknya. Karenanya tidaklah diragukan bahwa tanggung jawab
pendidikan secara mendasar terpikul kepada orang tua. Apakah tanggung jawab pendidikan itu diakuinya secara sadar atau tidak, diterima dengan sepenuh
hatinya atau tidak, hal itu adalah merupakan "fitrah" yang telah dikodratkan Allah SWT, kepada setiap orang tua. Mereka tidak bisa mengelakkan tanggung
jawab itu karena telah menjadi amanah Allah SWT yang dibebankan kepada mereka.
Di tilik dari hubungan dan tanggung jawab orang tua kepada anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bias dipikulkan kepada orang lain,
sebab guru dan pemimpin umat umpamanya, dalam memikul tanggung jawab pendidikan yang dipikul oleh para pendidik selain orang tua adalah merupakan
pelimpahan dari tanggung jawab orang tua yang karena satu dan lain hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.
3. Jalur Pendidikan
1. Pendidikan Formal
Pada umumnya lembaga formal adalah tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, dan paling mudah untuk membina generasi muda yang
dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. Biasanya lembaga formal ini berbentuk sekolah-sekolah.
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut kurikulum.
a. Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki dan memperdalam/memperluas, tingkah laku anak/peserta didik yang dibawa dari
keluarga serta membantu pengembangan bakat.
b. Mengembangkan kepribadian peserta didik lewat kurikulum agar :
1) Peserta didik dapat bergaul dengan guru, karyawan dengan temannya sendiri dan masyarakat sekitar.
2) Peserta didik belajar taat kepada peraturan/tahu disiplin.
3) Mempersiapkan peserta didik terjun di masyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku.
4. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan. Jenjang pendidikan formal di Negara Indonesia sebagimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Repubik Indonesia, dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi :
1. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah
ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Jenjang pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejujuran. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madarsah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang terdiri atas pendidikan
akademik, pendidikan vokasi, dan pendidikan profesi. Pendidikan tinggi berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Dengan
demikian bentuk tingkat pendidikan orang tua dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu tungkat pendidikan dasar (SD, MI, atau yang sederajat serta SMP, MTs,
atau yang sederajat), tingkat pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, MAK atau yang sederajat), pendidikan tinggi (perguruan tinggi, akademi, institut atau
universitas).5. Fungsi Tingkat Pendidikan Seorang Ibu
Seorang ibu merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk
pertama dri pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Kegagalan orang tua terutama ibu dalam membina anak untuk menjadikan anak yang baik tidak akan
terjadi manakala ibunya menjalankan fungsi atau perannya sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap anaknya.
Dalam keluarga, orang tua terutama seorang ibu mempunyai peranan yang sangat vital terhadap kemajuan keluarganya yang meliputi pendidikan anakanaknya.
Sehingga menurut M. Ngalim Purwanto, orang tua dapat dikatakan sebagai pendidik sejati, pendidik karena kodratnya.
Setiap orang tua memiliki keinginan agar anak-anaknya tumbuh berkembang menjadi anak-anak yang berprestasi dalam pendidikan. Orang tua ingin agar anak-anak
mereka dapat meraih prestasi yang maksimal di sekolah. Mereka pun mengharapka agar anak-anaknya memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia yang dicintai
oleh banyak orang.
Seorang ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi dan pengalaman yang banyak tentunya akan mempengaruhi gaya kepemimpinannya di dalam keluarga.
Sebab semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua terutama ibu maka akan bertambah luas pandangan dan wawasannya, termasuk dalam mengatur keuarganya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi tingkat pendidikan orang tua terutama seorang ibu dalam keluarga adalah akan dapat memajukan kepemimpinannya
dalam keluarga, terutama dalam mendidik anak-anaknya.
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai.16 Sedangkan belajar adalah serangakaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil belajar yang dinyatakan dengan skore
setelah mengikuti kegiatan belajar. Dapat pula diambil kesimpulan bahwa prestasi seseorang itu tidak selalu merupakan gambaran dari kemampuan yang
sebenarnya dari orang yang bersangkutan. Dengan kata lain, prestasi belajar tidak selalu sama
dengan kecakapan sebenarnya hanya merupakan sebagian dari unsure-unsur pembentukan suatu prestasi.2. Ranah Prestasi Belajar
Prestasi belajar ini dilihat dari enam ranah yang sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini, yaitu menyiapkan anak untuk berkembanga secara
komprehensif, sudah barang tentu orientasi pendidikan pada anak usia dini tidak hanya terbatas pada aspek pengembangan kecerdasan semata, tetapi juga
mencakup aspek perkembangan yang lebih luas. Aspek-aspek perkembangan yang terjadi pada anak usia dini meliputi :
a.
Perkembangan Fisik dan Motorik
Perkembangan motorik kasar diperlukan untuk ketrampilan menggerakkan dan menyeimbangkan tubuh. Pada usia dini anak masih mnyukai gerakan sederhana seperti
melompat dan berlari. Perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk
melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik : seperti menuis, melipat, merangkai, mengancing baju dan lain sebagainya.
b.
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada umumnya sangat berhubungan dengan masa perkembangan motorik. Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak
berkembang dan berfungsi, sehingga dapat berfikir. Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat meningkatkan kemampuan dalam menggunakan
pengetahuannya. Kognisi adalah fungsi mental yang meliputi persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Istilah kognisi (cognition)
dimaknai sebagai setrategi untuk mereduksi kompleksitas dunia. kognisi juga dimaknai sebagai cara bagaimana manusia menggambarkan pengalaman mengenai dunia
dan bagaimana mengorganisasi pengalaman mereka.
Aspek yang dipantau dari Perkembangan aspek Kognitif yaitu :
1) Informasi/pengetahuan figurative
2) Pengetahuan prosedur/operatif
3) Pengetahuan temporal dan special
4) Pengetahuan dan pengingat memori
c. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan secara umum sekalipun terdapat variasi diantara anak satu dengan lainnya, dengan tujuan
untuk mengembangkan kemampuan anak berkomunikasi.
Adapun aspek yang perlu dipantau dari prkembangan Bahasa, yaitu :
1) Mampu berkomunikasi dengan orang dewasa dan orang lalin
2) Mampu mengomunikasikan ide melalui drama, bermain, atau tulisan
3) Mengenal huruf, memiliki kosa kata cukup, dan menunjukkan perkembangan membaca.
d. Perkembangan Nilai-nilai Agama dan Moral
Moral merupakan suatu nilai yang dijadikan pedoman dalam bertinkah laku. Perkembangan moral yang terjadi pada anak usia dini sifatnya masih relative
tetrbatas. Sseorang anak belum mampu menguasai nilai-nilai yang abstrak berkaitan dengan benar-salah dan baik buruk.
Aspek perkembangan yang perlu dipantau dari perkembangan moral yaitu :
1) Mengenal aturan sekolah
2) Mengenal sopan santun
3) Mengenal otoritas
e. Perkembangan Sosial-Emosional
Perkembangan sosial anak dimulai dari sifat egosentrik, individual, kearah interaktif komunal. Pada mulanya anak bersifat egosentrik, hanya dapat memandang
dari satu sisi, yaitu dirinya sendiri. Ia tidak mengerti bahwa orang lain bisa berpandangan berbeda dengan dirinya, maka pada usia 2-3 tahun anak masih
suka bermain sendiri. Selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan anak lain, mulai bermain bersama dan tumbuh sifat sosial. Perkembangan sosial meliputi dua
aspek penting, yaitu kompetensi sosial dan tanggung jawab sosial.
Aspek perkembangan social yang perlu dipantau, yaitu :
1) Interpersonal
2) Personal
Aspek perkembangan emosi yang perlu dipantau, yaitu :
1) Menunjukkan rasa sayang pada teman, orang tua, guru
2) Menunjukkan rasa empati dan menolong teman
3) Mengontrol emosi dan agraris, tidak melukai atau menyakiti teman.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswadapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni :
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani (aspek fisiologis) dan rohani (aspek psikologis) siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (appoarch to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materimateri pelajaran.
C. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua terutama Seoran Ibu terhadap Prestasi Belajar
1. Keluarga sebagai lembaga pendidikan
Keluarga merupakan kelompok sosial dimana ia belajar mengatakan dirinya sebagai manusia sosial. Kehidupan sosial dalam keluarga ini sangat mempengaruhinya
bila kelak ia berhubungan atau berinteraksi dengan orang luar lingkungan keluarga. Orang tua dituntut berbagai macam kebutuhan yang antara lain adalah
kebutuhan akan pendidikan. Maka pengaruh keluarga terutama ibu besar sekali atas perkembangan anak. Dasar-dasar kelakuan daripada anak didik tertanam sejak
dalam keluarga, juga sikap hidup dan kebiasaanya. Didalam keluargalah anak itu hidup sebagian dari waktunya. Jelaslah bahwa pendidikan dalam keluarga
merupakan dasar bagi pendidikan selanjutnya.
Pada umumnya pendidikan dalam keluarga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena
secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan-kemungkinan alami membangun situasi dan interaksi pendidikan di dalam lingkungan keluarga.
Bukan hal yang aneh bila dikatakan bahwa orang tua adalah segalagalanya
bagi anak, sebagai pelindung, figur yang harus ditiru tingkah lakunya, termasuk pula pengalaman akademisnya. Orang tua terutama ibu memiliki andil yang
besar dalam kemajuan pendidikan anak. Karena kemungkinan adanya kemampuan membeikan bantuan yang sangat diperlukan anak, baik sebagai pembimbing dalam
belajar dan dalam memecahkan kesulitan belajar maupun sebagai motivator, sebagai tumpahan bertanya dan sebagai sumber informasi bagi anak.3. Perlunya kebijakasanaan orang tua dalam mendidik anak
Keluarga merupakan lingkungan yang primer dan bersifat fundamental. Di dalam keluargalah anak dibesarkan untuk memperoleh penemuan-penemuan dan belajar
yang memungkinkan dirinya untuk perkembangan lebih lanjut. Sebagai orang tua yang bertangung jawab mengasuh dan mendidik ankanya, segala keberhasilan dan
kegagalan dalam melaksanakan tanggung jawab tidak lepas dari tudingan mereka.
Adapun sifatsifat kepemimpinan orang tua di dalam keluarga meliputi :
a.
Sifat kepemimpinan otoriter
Orang tua adalah pemegang peranan utama dan semua kekuasan ada padanya. Sedang anak sama sekali tidak mempunyai hak untuk mengemukakan pendapat. Karena
semuanya ditentukan oleh orang tua, akibatnya tidak pernah terpenuhi semua kebutuhan anak yang akhirnya merupakan tekanan jiwa anak. Sebagai akibat yang
lebih jauh akan berpengaruh kepada sifatsifat kepribadaian anak.
b.
Sifat kepemimpinan yang liberal
Pimpinan orang tua di dalam keluarga kurang begitu tegas. Anak menentukan sendiri apa yang dikehendaki, karena orang tua memberikan kebebasan kepada
anaknya.orang tua tidak memegang fungsi sebagai pemimpi yang berwibawa, sehingga suasana keluarga menjadi bebas. Karena tidak adanya norma-norma yang harus
dianut. Keadaan yang demikian mempunyai pengaruh yang negative kepada perkembangan kepribadian anak.
c.
Sifat kepemimpinan yang demokratis
Keluarga seperti ini memandang anak sebagai individu yang sedang berkembang. Sebab itu perlu adanya kewibawaan yang memimpinnya atau pendidikannya (orang
tua), tetapi bukan kekuasaan otoriter. Pimpinan ini disesuaikan dengan taraf-taraf perkembangan anak dengan cita-citanya, minatnya, kecakapan-kecakapan dan
pengalamannya. Anak mempunyai kebebasan untuk berinisiatif dan aktif, sehingga anak mempunyai sifat terbuka dan bersedia mendengarkan pendapat orang lain.
Anak dapat dipimpin dan dapat memimpin, dengan penuh kreatif dan aktif.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu peneliti. Sedangkan indikator merupakan sub-variabel yaitu kategori-kategori
yang dipecahkan dari variabel. Variabel yang akan dikaji peneliti terbagi dalam dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependent sebagai
berikut :
1. Variabel independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat). Adapun
yang menjadi variabel bebasnya adalah "tingkat pendidikan orang tua", dengan indicator :
a. Untuk orang tua yang SD/sederajat
b. Untuk orang tua yang SMP/sederajat
c. Untuk orang tua yang SMA/sederajat
d. Untuk orang tua yang PT/sederajat.
2. Variabel dependent atau terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam hal ini variabel terikatnya adalah "prestasi belajar peserta didik", indikatornya :
a. Untuk anak yang mendapatkan bintang 4 (Berkembang Sangat Baik)
b. Untuk anak yang mendapatkan nilai bintang 3 (Berkembang Sesuai Harapan)
c. Untuk anak yang mendapatkan bintang 2 (Mulai Berkembang)
d. Untuk anak yang mendapatkan bintang 1 (Belum Berkembang)
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Data tentang Tingkat Pendidikan Formal Ibu
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel penelitian kelompok B sejumlah 20 peserta didik. Penulis menggunakan identitas peserta didik dan arsip
analisis penilaian semester serta rapot semester ganjil pada Tahun Ajaran 2015/2016 di TK Rimapersada.
Tabel 1.1 Nama Siswa dan Pendidikan Terakhir Ibu
No
|
Nama Siswa
|
Pendidikan Terakhir Ibu
|
1
|
Acep Ridwan Khoerudin
|
SLTA
|
2
|
Aisah Masriah
Mardatillah
|
SLTP
|
3
|
Amalia Khoirunnisa
|
SLTA
|
4
|
Aulia Juliani
|
SLTP
|
5
|
Dika Satria Nugraha
|
SLTP
|
6
|
Dinda Aprillianti
|
SLTP
|
7
|
Eby Farruq Rabbany
|
SLTP
|
8
|
Firli Najib Sifdasani
|
SLTP
|
9
|
Indah Permatasari
|
SD
|
10
|
Indri Auliani
|
SD
|
11
|
Kesya Risma Andini
|
SLTP
|
12
|
Leni Lutpiani
Nurapriliani
|
SLTA
|
13
|
Mega Saerinnaja
|
SD
|
14
|
Muhamad Fadli Athubari
|
SLTP
|
15
|
Nur Hijriyatun Hasanah
|
SLTA
|
16
|
Rafli Muhammad Azam
|
SLTP
|
17
|
Raka Avgian Pratama
|
SLTP
|
18
|
Septian
|
SLTP
|
19
|
Teguh Sunardi
|
SLTA
|
20
|
Yasmin Siti Nurazizah
|
SLTA
|
Dari hasil data di atas dapat kita simpulkan bahwa jumlah tingkat pendidikan terakhir SD ada 3, SLTP ada 11 dan SLTA ada 6.
Pendidikan Terakhir Ibu
|
Jumlah
|
SD
|
3
|
SLTP
|
11
|
SLTA
|
6
|
Adapun grafiknya seperti contoh di bawah ini :
Tabel 1.2 Nama Siswa dan Nilai Akhir Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016
No
|
Nama Siswa
|
Nam
|
Sos-Emos
|
Kognitif
|
Bahasa
|
Fisik
|
1
|
Acep
Ridwan Khoerudin
|
4
|
2
|
3
|
3
|
3
|
2
|
Aisah
Masriah M
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
3
|
Amalia
Khoirunnisa
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
4
|
Aulia
Juliani
|
3
|
3
|
2
|
4
|
4
|
5
|
Dika
Satria Nugraha
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4
|
6
|
Dinda
Aprillianti
|
2
|
1
|
3
|
3
|
3
|
7
|
Eby
Farruq Rabbany
|
3
|
4
|
2
|
1
|
4
|
8
|
Firli
Najib Sifdasani
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
9
|
Indah
Permatasari
|
2
|
3
|
2
|
2
|
4
|
10
|
Indri
Auliani
|
4
|
2
|
3
|
3
|
4
|
11
|
Kesya
Risma Andini
|
2
|
2
|
4
|
4
|
4
|
12
|
Leni
Lutpiani N
|
3
|
4
|
2
|
4
|
3
|
13
|
Mega
Saerinnaja
|
4
|
3
|
4
|
3
|
3
|
14
|
Muhamad
Fadli Athubari
|
2
|
1
|
3
|
4
|
4
|
15
|
Nur
Hijriatun Hasanah
|
3
|
2
|
4
|
4
|
4
|
16
|
Rafli
Muhammad Azam
|
3
|
1
|
4
|
4
|
4
|
17
|
Raka
Avgian Pratama
|
2
|
1
|
3
|
4
|
4
|
18
|
Septian
|
3
|
1
|
4
|
4
|
4
|
19
|
Teguh
Sunardi
|
4
|
2
|
3
|
4
|
4
|
20
|
Yasmin
Siti Nurazizah
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3. Data Hasil Penelitian Tabel 1.1 dan 1.2
Dari hasil pengamatan pada Tabel 1.1 dan 1.2 dapat disimpulkan pendidikan terakhir ibu dengan nilai akhir yang didapatkan peserta didik pada setiap aspek
perkembangannya yang tertera pada Tabel 1.3 di bawah ini.
Tabel 1.3 Pendidikan Terakhir Ibu dan Nilai Akhir Peserta Didik pada setiap Aspek Perkembangan
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
Pendidikan
|
Jumlah
|
Nam
|
||||
Terakhir
|
Siswa
|
Jumlah Angka
|
Jumlah Persen (%)
|
|||
Ibu
|
1 s/d 2
|
3 s/d 4
|
1 s/d 2
|
3 s/d 4
|
Total
|
|
SD
|
3
|
1
|
2
|
33%
|
67%
|
100%
|
SLTP
|
11
|
5
|
6
|
45%
|
55%
|
100%
|
SLTA
|
6
|
1
|
5
|
17%
|
83%
|
100%
|
Jumlah Siswa
|
20
|
7
|
13
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
Sos-Emos
|
||||
Jumlah Angka
|
Jumlah Persen (%)
|
|||
1 s/d 2
|
3 s/d 4
|
1 s/d 2
|
3 s/d 4
|
Total
|
1
|
2
|
33%
|
67%
|
100%
|
7
|
4
|
64%
|
36%
|
100%
|
4
|
2
|
67%
|
33%
|
100%
|
12
|
8
|
M
|
N
|
O
|
P
|
Q
|
Kognitif
|
||||
Jumlah Angka
|
Jumlah Persen (%)
|
|||
1 s/d 2
|
3 s/d 4
|
1 s/d 2
|
3 s/d 4
|
Total
|
1
|
2
|
33%
|
67%
|
100%
|
3
|
8
|
27%
|
73%
|
100%
|
2
|
4
|
33%
|
67%
|
100%
|
6
|
14
|
R
|
S
|
T
|
U
|
V
|
Bahasa
|
||||
Jumlah Angka
|
Jumlah Persen (%)
|
|||
1 s/d 2
|
3 s/d 4
|
1 s/d 2
|
3 s/d 4
|
Total
|
1
|
2
|
33%
|
67%
|
100%
|
2
|
9
|
18%
|
82%
|
100%
|
1
|
5
|
17%
|
83%
|
100%
|
4
|
16
|
W
|
X
|
Y
|
Z
|
AA
|
Fisik
|
||||
Jumlah Angka
|
Jumlah Persen (%)
|
|||
1 s/d 2
|
3 s/d 4
|
1 s/d 2
|
3 s/d 4
|
|
0
|
3
|
0
|
100%
|
100%
|
0
|
11
|
0
|
100%
|
100%
|
0
|
6
|
0
|
100%
|
100%
|
0
|
20
|
Contoh keseluruhan dari grafik yang dihasilkan dari data di atas :
Berdasarkan hasil data penelitian yang ditemukan bahwa tingkat pendidikan formal ibu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar sesuai
aspek perkembangan, karena pada hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki ibu dengan pendidikan terakhir SLTP dapat mengungguli dibandingkan
anak yang memiliki pendidikan terakhir SLTA. Namun tidak menutup kemungkinan tingkat pendidikan terakhir ibu berpengaruh secara signifikan terhadap hasil
belajar sesuai aspek perkembangan.
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul "Pengaruh Tingkat Pendidikan Ibu terhadap Perkembangan Anak di TK Rimapersada Kec. Karangtengah Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2015/2016" dari hasil data penelitian dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil data penelitian yang ditemukan bahwa tingkat pendidikan formal
ibu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar sesuai aspek perkembangan, karena pada hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki
ibu dengan pendidikan terakhir SLTP dapat mengungguli dibandingkan anak yang memiliki pendidikan terakhir SLTA. Namun tidak menutup kemungkinan tingkat
pendidikan terakhir ibu berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar sesuai aspek perkembangan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada orang tua untuk meningkatkan diri dalam bidang pendidikan, pengetahuan dan pengalamannya agar dapat membimbing anaknya untuk memperoleh prestasi
belajar yang baik.
2. Kepada sekolah, lebih mendorong peserta didik agar lebih giat dalam belajar.
.
DAFTAR PUSTAKA
Satria Eri, (2014). Template Laporan. Tersedia : http://statprob2014.blogspot.co.id/p/template-laporan.html?m=1
Wildayati Isna, (2012). Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Studi PAI di SMP Negeri 1 Ambarawa Kab. Semarang Tahun Ajaran 2011/2012. Semarang : Institut Agama Islam Negeri Walisongo
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.